Bagi orang Toraja kerbau adalah binatang yang paling tinggi stratanya . Harganya pun cukup mahal. Paling murah Rp 5 juta itupun harga Tedong Sangka, sedangkan paling mahal bisa mencapai Rp 150 juta untuk jenis Tedong Bonga( kerbau berbunga-bunga warnanya).
Kini harga tak ada artinya. Sekali bantai oleh parang , langsung binasa. Meski ada beberapa kerbau yang mencoba memberi perlawanan dengan lari meninggalkan arena, tapi tetap saja tertangkap oleh empunya. Sebelum ditebas, kerbau diikat pakai tali kemudian ditancapkan di dalam tanah. Sayangnya tak semua kerbau mati dalam keadaan terikat, ada juga pembatai yang nekad tali kerbau dengan tangan sedangkan tangan lain menebas la bok duatakan atau parang dari besi.
Matias (34) pembantai yang berpengalaman selama 13 tahun, mencoba menebas kerbau dengan sekali bacokan. Namun gagal, akibatnya kerbau berlarian nyaris menumbruk kumpulan orang yang menonton pembantaian massal kerbau. Setelah kehabisan nafas dan darah yang bercucuran, kerbau pun berakhir dengan tragis, mati sembari menanduk satu pondok tamu. Beruntung tak semua kerbau dibantai dengan sadis, lima kerbau lolos dari maut. Kelimanya dilelang dengan harga kisaran Rp 12 juta sampai 17,5 juta .
Usai pembantaian massal yang disebut dengan Mantunu, puluhan orang pun beramai-ramai menguliti dan menyembelih daging kerbau menjadi potongan daging kecil-kecil. Setiap bagian diberikan pada tamu dan keluarga yang datang melayat. Hal ini diyakini bahwa harta terakhir yang meninggal haruslah dibagi-bagi untuk menjadi berkah kepada yang ditinggalkannya.
Sore itu, pembantaian telah usai, sebagian warga menguliti dan mengambil dagingnya. Beberapa orang terlihat antri berjejer untuk mencapatkan bagian. Nampak kumpulan anak-anak memungut sisa kepala, tanduk dan ekor. Tak tampak sedikitpun ekspresi takut atau ngeri melihat darah berserakan di mana-mana.
Dalam persepsi orang Toraja menurut Arni Lande, seorang Prengge Nonongan atau Ketua Adat Nonongan, Rambu Solo mengadung dua fungsi yaitu, strata sosial dan fungsi sosial. Tak sedikit orang yang mengadakan pesta adalah golongan bangsawan ataupun orang kaya. Pasalnya, untuk melaksanakan kegiatan ini butuh dana yang besar bahkan nilainya mencapai miliaran rupiah. Sedangkan fungsi sosialnya, yang mati semasa hidupnya mengumpulkan harta benda. Setelah mati, harta benda itulah yang dibagi-bagi kepada keluarga da kerabatnya. Salah satunya adalah kerbau-kerbau yang telah habis tersembelih.
Arni juga menyatakan pemilihan kerbau dalam Rambu Solo karena dalam paham leluhur, kerbau adalah penyambung nyawa ke dunia Puya. Dunia atas tempat manusia akan menuju masa kekal. Itulah sebabnya harga kerbau di Tana Toraja mencapai jutaan hingga ratusan juta per ekornya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar