Toraja dikenal sebagai ” tanah para raja ” atau orang di bagian selatan Toraja menyebut ” orang dari dataran tinggi di utara”. Saat ini Toraja adalah sebuah wilayah dalam cakupan Provinsi Sulawesi Selatan. Letaknya kurang lebih 328 km dari ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar, di daerah pegunungan bagian tengah . Dengan ketinggian 300 s.d 2880 meter di atas permukaan laut Tana Toraja memadukan kesegaran dan kesejukan. Suhu udara yang berkisar 16 s.d 28 derajat Celcius memberikan kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan kesehatan.
Sawah-sawah terasering yang hijau, tumbuh-tumbuhan dan rumpun-rumpun bambu dilatarbelakangi oleh pegunungan biru. Rumah-rumah tradisional, tongkonan, berdiri megah di sela-sela pemandangan nan indah ini. Rumah-rumah yang berdekorasi unik ini dengan atapnya yang khas adalah pusat dari semua ritus-ritus “aluk todolo” sejak nenek moyang orang Toraja; mulai dari menyimpan dari hasil panen di dalam lumbung, “alang”, sampai dengan penyembelihan hewan kerbau yang dianggap suci dalam sebuah upacara kematian. Keindahan Toraja juga tercermin pada penduduknya. Walaupun mereka sudah menganut agama Kristen atau pun muslim, masih ada yang menggabungkan kepercayaan agama-agama itu dengan kepercayaan peninggalan nenek moyangnya yang kadangkala berbau mistis. Dengan identitas etnis yang dimiliki, orang Toraja dengan senang hati menyambut siapa saja yang ingin menyaksikan kebudayaan mereka.
Toraja adalah sebuah wilayah di mana penduduknya menanam padi, kakao, cengkeh dan yang terutama kopi. Kopi Arabika dari Toraja sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Ketika musim kemarau tiba, sekitar bulan Juni sampai dengan September, ketika anak-anak memasuki masa liburan, atau ketika panen telah selesai, maka dimulailah kegiatan upacara “rambu solo’ “, sebuah ritual upacara kematian warisan leluhur. Selama masa tersebut, rantepao berubah menjadi sebuah tempat persinggahan wisatawan yang utama, baik nusantara maupun manca negara.
Walaupun Makale dan Rantepao saat ini termasuk daerah-daerah padat penduduk, tetapi wilayah-wilayah lainnya masih terhitung memiliki populasi yang sedikit. Wilayah-wilayah yang terpencil sebagian besar mengalami kekurangan tenaga-tenaga produktif. Mereka telah merantau ke daerah-daerah lain bahkan ke luar negeri untuk belajar atau mencari nafkah. Pendapatan yang mereka peroleh dari perantauan ditambah dengan hasil-hasil pertanian di Toraja sendiri menjadikan daerah ini sebagai wilayah yang cukup sejahtera. kekayaan yang dimiliki ada yang digunakan untuk membiayai pelaksananaan upacara-upacara adat, antara lain upacara kematian, di mana banyak kerbau dan babi yang dikorbankan dan banyak orang yang diberi makanan.
Toraja memiliki budaya yang unik dalam lingkungan alam nan indah. Globalisasi dan pariwisata mungkin berdampak nagi kehidupan, tetapi jika kita masuk ke wilayah-wilayah yang agak terpencil , maka kehidupan yang masih tradisional, yang belum banyak berubah sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.
Gambaran Geografis dan Administratif Daerah Tana Toraja
Daerah Tana Toraja terletak di wilayah pegunungan tengah provinsi Sulawesi Selatan. Daerah ini memiliki luas 3.207,77 km2 atau sekitar 5 % dari luas keseluruhan Sulawesi Selatan. Batas-batas wilayahnya, antara lain :
Gambaran Geografis dan Administratif Daerah Tana Toraja
Daerah Tana Toraja terletak di wilayah pegunungan tengah provinsi Sulawesi Selatan. Daerah ini memiliki luas 3.207,77 km2 atau sekitar 5 % dari luas keseluruhan Sulawesi Selatan. Batas-batas wilayahnya, antara lain :
- Sebelah Utara Mamuju dan Luwu utara
- Sebelah Timur Luwu
- Sebelah Selatan Enrekang dan Pinrang
- Sebelah Barat Polewali Mandar dan Mamasa
Di Toraja juga terkenal dengan budayanya yang unik yaitu setiap orang dewasa yang meninggal akan dikuburkan di didalam gua,atau dibuatkan tempat seperti rumah (orang biasanya menyebutnya dengan rumah petani)..Kalau anak bayi yang sudah meninggal biasanya dikuburkan di dalam pohon,alasannya karena mereka itu belum punya dosa dan masih suci.